Terjang Ombak Samudera Untuk BBM 1 Harga

MAKASSAR – Tuange (46), nelayan di Desa Kordakel Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara bercerita, ia harus merogoh kocek berkisar dari Rp 25.000 sampai Rp 30.000 untuk membeli satu liter BBM. Akibatnya, Tuange dan masyarakat di Kepulauan Talaud mesti membayar lebih mahal untuk barang kebutuhan sehari-hari.

Hal senada diungkapkan Jeffry (41), pengemudi Bentor (Becak Motor) di Desa Lirung Kecamatan Lirung Kabupaten Kepulauan Talaud yang mengeluh sulitnya mendapatkan BBM di Pulau Talaud. “Di sini Bentor mengisi BBM di pengecer. Sehingga tarif yang ditagih pun mahal, karena saya sendiri rasanya setengah mati cari BBM untuk menjalankan Bentor,” tuturnya.

Tapi itu cerita dulu. Melalui program BBM Satu Harga, Pertamina marketing Operation Region (MOR) VII merealisasikan lima dari empat target Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) Kompak di 2017. Kini, sudah ada dua lembaga penyalur BBM, yakni SPBU Kompak di Kecamatan Melonguane dan  di Desa Kordakel Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud. Sedangkan tiga titik BBM Satu Harga lainnya di Sulawesi ada di Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara  dan di Desa Una-una Kecamatan Una-una, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.

Unit Manager Communication & CSR MOR VII, M. Roby Hervindo menjelaskan, dalam melaksanakan program BBM Satu Harga, khususnya di Sulawesi tidaklah mudah dengan medan yang ditempuh cukup berat.  “Pengiriman BBM terjauh ke Kepulauan Talaud. Suplai BBM ke SPBU Kompak Pulau Melonguane, Kepulauan Talaud ini dikirim menggunakan kapal tongkang yang menempuh jarak 211 km dengan waktu tempuh 20 jam dari Terminal BBM Bitung, Sulawesi Utara,” ujarnya.

Menurut Antonius (48), Kapten Kapal Kei Yo, di Talaud dalam setahun minimal sekitar delapan bulan cuaca tidak bersahabat. “Ditambah dengan kondisi di Talaud yang belum memiliki dermaga sehingga kami sangat berhati-hati agar BBM dapat sampai di tujuan dengan selamat,” tuturnya.

Total penyaluran BBM ke lima SPBU Kompak ini dialokasikan sesuai kuota pemerintah yakni Premium 369 KL/Bulan dan Solar 152 KL/Bulan. Selain BBM Premium dan Solar, SPBU Kompak ini juga menyalurkan BBM Pertalite dan Solar non subsidi. “Biaya distribusi yang dikeluarkan Pertamina untuk lima lokasi SPBU Kompak tersebut lebih dari Rp 550 juta per bulan,” ungkap Roby.

Saat ini, Tuange dan nelayan lainnya di Kepulauan Talaud dapat merasakan membeli BBM dengan  harga yang sama seperti daerah-daerah lain di Indonesia. Hal yang sama juga dirasakan Jeffry. “Karena saya beli BBM langsung di Pertamina, tarif angkutan pun ikut turun dan harga tarif angkutan untuk penumpang sudah stabil. Walaupun antrian panjang, tapi kita tetap dapat. Kami sangat berterima kasih karena pemerintah dan Pertamina sudah sangat peduli dan memperhatikan masyarakat, khususnya kami yang di perbatasan,” ungkapnya.*MOR VII

Share this post