Pejuang Energi di Algeria, Mencari Energi demi Ketahanan Energi Nasional

ALGERIA --  M. Lutfi Panhar sangat bangga mengabdi untuk Indonesia meski jauh dari keluarga. Pria yang sehari-hari bertugas sebagai engineer ini memang ditugaskan Pertamina untuk berkiprah di salah satu anak perusahaan, PT Pertamina Internasional EP (PIEP).  Ia ditempatkan di Gurun Sahara, 800 kilometer (km) dari Kota Alger, 200 km dari perbatasan dengan Libya untuk mengelola lapangan  Menzel Lejmet North (MLN), salag satu dari tiga lapangan produksi pada Blok 405A di Algeria. 

“Kami di sini berupaya maksimal memberikan kontribusi bagi ketahanan energi nasional.  Ini menjadi pembuktian bahwa insan Pertamina siap dan mampu bersaing di kancah internasional,” ujarnya.

Hal tersebut dipertegas oleh M. Deddy Sutansyah. “MLN merupakan lapangan produksi migas pertama di luar negeri yang dikelola oleh  Pertamina. Saat ini, sebagai operator MLN, kami memproduksi 20.000 barrel oil per day. Ini menjadi bukti bahwa kami tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi Algeria, tapi kami juga menjadi berkah bagi kita semua, bagi Indonesia,” ungkap  pria yang sudah bertugas di MLN sejak lima tahun lalu.

Seperti diketahui, mengemban amanah dari pemerintah sebagai pengelola energi nasional sudah dilakoni Pertamina lebih dari enam dasawarsa. Berbagai upaya  dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.  Kesungguhan BUMN ini dalam menjamin availability energi  untuk pemenuhan kebutuhan domestik dibuktikan melalui agresivitas perusahaan mencari cadangan migas baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Seperti yang dilakukan Pertamina melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Internasional EP (PIEP) yang untuk pertama kalinya pada tahun 2014 menggarap ladang minyak di negeri orang.

Dengan dukungan 1.000 pekerja yang berasal dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia dan Algeria, ladang minyak yang dioperasikan PIEP adalah blok 405A. Blok ini memiliki tiga lapangan produksi, antara lain lapangan Menzel Lejmet North (MLN), Ourhoud dan El Merk.  Di lokasi ini, Pertamina dipercaya menjadi operator untuk mengelola lapangan MLN bekerja sama dengan Talisman. Serta memegang partisipasi interest di lapangan unitisasi Ourhoud (OHD) dan El Merk (EMK).

MLN memang memiliki potensi cukup besar serta adanya peluang-peluang untuk meningkatkan produksi lebih lanjut. Baik itu perluasan lapangan  maupun peluang untuk mengambil lapisan-lapisan di lapangan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Field ini memiliki 65 sumur yang terdiri dari 40 sumur produksi dan 25 sumur injeksi yang digunakan untuk mencapai target 25.000 barrel oil per day, setelah Project P4D selesai pada tahun 2020.

Tak hanya dikenal dengan hasil produksi yang menakjubkan,  kegiatan operasional lapangan MLN pun dikenal dikelola dengan metode yang sangat profesional, baik oleh manajemen maupun pekerja di lapangan. Health, Safety, Security and Environment (HSSE) merupakan perhatian utama seluruh pihak manajemen maupun para pekerjanya dalam menjalankan kegiatan operasional di lapangan. 

Tak heran jika angka kecelakaan kerja maupun kematian yang disebabkan atas kecelakaan kerja nyaris tidak terjadi sejak awal beroperasi.  Prestasi lainnya yang patut menjadi contoh dari manajemen dan pekerja di lapangan MLN ialah tingginya angka jam kerja aman dalam kegiatan bisnisnya. Antara lain pada tahun 2016, jumlah jam kerja aman mencapai 1,632,206, tahun 2017 1,463,577 dan tahun 2018 mencapai 2,929,785. Sedangkan untuk tahun ini, mulai bulan Januari hingga Maret 2019, jumlah jam kerja aman sebesar 1,042,149.

“Kami berharap Pertamina semakin maju dan tetap menjadi tumpuan harapan bagi bangsa Indonesia,” pungkas William, yang juga bertugas di MLN.•STK

Share this post