Kuatkan Mental Demi Bantu Korban Bencana Palu

PALU - Siapa menyangka Indonesia akan diguncang gempa kembali setelah sebelumnya terjadi di Lombok. Bahkan gempa kali ini lebih parah dan memakan korban lebih banyak. Selain bantuan logistik, dan BBM, yang sangat dibutuhkan para korban adalah bantuan kesehatan seperti obat-obatan dan tim medis.

Salah satu tim medis Pertamina, Dr Jane Evelyn R Subakti menceritakan pengalamannya saat menjadi salah satu relawan tim medis untuk menangani korban gempa dan tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan Sigi. Ini merupakan pengalaman pertamanya untuk bertugas menangani kesehatan di daerah bencana seperti Palu. Berawal saat penunjukan dirinya untuk menjadi relawan bantuan tim dokter saat H+1 setelah bencana tsunami.

Saat ditunjuk ia langsung mengumpulkan nyali sebesar-besarnya untuk bersiap menghadapi lingkungan baru, bahkan lingkungan yang jauh berbeda dibandingkan yang ia lakukan setiap harinya. Banyak drama yang ia jalani saat akan berangkat menuju Palu dan sempat tertunda. Hingga ia akhirnya berangkat menuju Palu tanggal 6 Oktober lalu.

“Ini pertama kalinya saya diutus untuk menangani kesehatan di daerah bencana seperti Palu. Awalnya saya ditunjuk menjadi dokter bantuan di Palu H+1 sehari setelah bencana. Saya ke kantor untuk mempersiapkan obat-obatan dan siap untuk di berangkatkan. Saya menunggu diberangkatkan baik lewat jalur darat maupun jalur laut, tapi terjadi kendala. Seminggu kemudian saya tetap standby sampai akhirnya diputuskan saya berangkat. Saat itu perasan saya campur aduk harus berangkat Jumat siang. Setelah tiba di bandara, pesawat dicancel tidak tahu sebabnya. Akhirnya dapat tiket lagi Sabtu dan kita tiba di Palu Sabtu jam 12 siang,” ujar wanita  berusia 28 tahun itu.

Jika mengingat keluarga yang ia tinggalkan demi mengemban tugas mulia ini, memang terasa berat. Apalagi ia harus meninggalkan anaknya yang masih berusia 2 tahun 8 bulan. Tidak sampai hati dirinya melepaskan anaknya itu. Namun ia sudah bertekad untuk menerima tugas kemanusiaan ini. Setiap langkah yang ditapaki, Jane selalu mengingat anaknya. Sebab, selama ini Jane tidak pernah sekalipun meninggalkan anaknya apalagi hingga berhari-hari.

“Saya punya anak umur 2 tahun 8 bulan dan harus saya tinggalkan sementara. Perasaan saya campur aduk karena sejak ia lahir belum pernah sekalipun saya tinggalkan. Penuh drama, tapi harus. Dalam hati kecil saya ingin berangkat tapi saat ingat anak saya jadi berat, tapi saya menjalani semua itu,” ungkapnya kepada Tim Energia.

Setibanya di Palu, malam pertama adalah malam terberat baginya. Ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ditambah ia terkadang bersedih mengingat anaknya di rumah. Tidak butuh waktu lama, Jane berhasil menyesuaikan diri dan memiliki cara untuk menghilangkan rasa sedih meninggalkan keluarga.

“Malam pertama berada bersama tim medis Pertamina lainnya sangat berat dirasakan. Malam malam selanjutnya saya berusaha menyibukkan diri keluar, terjun ke lapangan, pergi ke posko-posko, untuk sejenak agar tidak selalu teringat anak yang ditingal,” ujarnya.

Beruntung ia bertemu tim relawan dan medis Pertamina yang solid dan mendukung satu sama lainnya selama mengemban tugas. Tiap relawan masing-masing saling dukung. Makan, tidur, dan menolong korban bencana secara bersama-sama. Berawal tidak kenal, hingga kini mereka bisa menjadi saudara satu sama lain. Persahabatan yang indah terjalin dari tiap relawan.

“Tapi hingga saat ini saya didukung penuh dan dihibur oleh tim relawan Pertamina. Tim medis juga sangat solid, kami saling bahu membahu, untuk support satu sama lain, kami saling berbagi, tidak ada batas. Paling tidak mengisi kekosongan saat tinggalkan anak,” tambahnya.

Wanita yang berprofesi sebagai dokter umum dan bertugas di Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII Makassar memberikan tips untuk relawan atau tim medis yang akan bertugas ke daerah bencana. “Untuk para relawan yang baru datang harus berbaur dengan relawan lain, bercanda, gunakan waktu untuk menyibukkan diri atau terjun ke lapangan untuk membantu pengungsi, dan video call dengan keluarga,” ungkapnya.

Jika suatu saat Jane ditugaskan untuk menjadi relawan tim medis ke daerah bencana, dirinya mengatakan dengan lantang bahwa ia siap menjalankan tugas tersebut. Karena pada dasarnya Jane adalah sosok yang gemar membantu sesama. Ia berpesan kepada relawan untuk tetap semangat membantu memulihkan Palu.

“Saya berpesan kepada seluruh relawan, bagi kita yang sedang menjalankan tugas tetap semangat walaupun kita meninggalkan keluarga. Saat ini mungkin belum ada berkatnya secara langsung tapi ingatlah di kemudian hari pasti ada hikmah yang kita dapat,” tutup Jane.*KUN/DK

Share this post