Webinar The Trade & Investment Task Force bersama B20 ESC Task Force dengan tema "Utilizing Indonesia Carbon Markets to Accelerate Energy Transition" kolaborasi Bursa Berjangka Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX) dan BNEF secara virtual, (31/10/2022).

Kolaborasi Wujudkan Realisasi Pasar Karbon

JAKARTA - Pertamina ikut serta dalam webinar The Trade & Investment Task Force bersama B20 ESC Task Force dengan tema "Utilizing Indonesia Carbon Markets to Accelerate Energy Transition" kolaborasi Bursa Berjangka Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX) dan BNEF secara virtual, Senin 31 Oktober 2022.

Webinar tersebut berbicara mengenai pasar karbon yang menjadi bagian upaya mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mempercepat transisi energi.

Dalam acara tersebut, Ketua B20 Indonesia Shinta W. Kamdani menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga hal utama yang bisa dilakukan dalam upaya pengurangan energi dalam rangka mendukung penurunan emisi karbon.

“Pertama, bisnis rendah karbon. Bisnis ini dapat dilakukan untuk menyediakan energi listrik terbarukan yang nantinya dapat digunakan oleh konsumen rumah tangga. Kedua, bahan bakar rendah karbon seperti biofuel dan hidrogen. Kami akan berupaya untuk memproduksi jenis bahan bakar ini delapan kali lebih banyak. Ketiga, investasi pada teknologi CCS/CCUS dimana kami menargetkan 25 juta ton per tahun karbon dapat diserap di tahun 2035,” paparnya.

Hal senada disampaikan Dharma Djojonegoro, Deputy Chair B20 T&I Task Force. Ia mengatakan, pasar karbon dibentuk untuk dapat memanfaatkan strength point dari tiap negara. “Walaupun setiap negara memiliki fokus karbon masing-masing, setidaknya kita semua memiliki satu tuntutan yang sama sehingga kita mampu untuk mencapai ekonomi global net zero carbon,” ujarnya.

Selanjutnya, Direktur utama PGE Ahmad Yuniarto menjadi salah satu narasumber dalam acara tersebut. Menurutnya kolaborasi menjadi kunci dalam mewujudkan net zero emission.

“Kami membutuhkan partisipasi semua orang karena tidak ada satu pihak pun yang akan mengklaim dapat menyelesaikan seluruh masalah energi dan net zero sendirian. Cara kami untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan peningkatan portofolio energi terbarukan di Indonesia. Dan ketika kita melihat ke Indonesia, kita diberkati dengan potensi sumber daya panas bumi terbesar. Dan itulah salah satu fokus kami, membangun kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan sumber daya panas bumi di Indonesia untuk memenuhi target Net Zero Emission (NZE) yang harus diselesaikan Pertamina di tahun 2060," ujarnya.

Selain itu, terdapat pilar-pilar lainnya untuk mendukung pencapaian net zero pada tahun 2060, yaitu ekonomi karbon, industry EV dan baterai, bioenergi, penggunaan gas bersih dan klasifikasinya, kkilang hijau, portofolio energi terbarukan, serta hidrogen bersih dan hijau.

“Jadi kami melihat masa depan perusahaan melalui pengembangan energi panas bumi yang berdampak besar pada program dekarbonisasi, baik secara nasional maupun global," tutupnya.*IN

Share this post