OSLO, NORWEGIA -- PT Pertamina (Persero) dan AKER Solution sepakat berkolaborasi dalam Joint Industrial Project (JIP) pengembangan metode modul teknologi membrane subsea system dan modul compression subsea system untuk teknologi proses separasi high CO2 content. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian penelitian bersama (joint collaboration research) oleh Senior Vice President Research Technology Center Pertamina Dadi Sugiana dan Executive Vice President Aker Solution Valborg Lundegaard, di AKER Solution Facilities at Oksenøyveien, Oslo, Norwegia, pada Jumat (3/5/2019).
Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Deputy Director at Ministry of Petroleum and Energy Norway, Mr. William Christensen dan Charge d"Affaires of Indonesian Embassy in Norway.
Joint Industrial Project (JIP) dipimpin oleh AKER Solution dan tergabung pula Equinor (d/h. StatOil Norwegia), Total-France, Alliance of BP Corporation North America Inc.-Chevron USA Inc.-Petroleo Brasileiro S.A and CLIMIT Norwegian sebagai anggota JIP tersebut. AKER Solution merupakan perusahaan Norwegia dengan cakupan global yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam rekayasa teknologi lingkungan.
Menurut Dadi Sugiana, Pertamina mengandeng AKER Solution dan anggota lainnya yang tergabung di dalam JIP karena sejarah panjang AKER Solution selama lebih dari 175 tahun dalam pengembangan teknologi oil & gas, mulai dari eksplorasi sampai dengan decommissioning di berbagai jenis lapangan, baik dangkal maupun deep water di wilayah tropis sampai dengan artic.
“Kami akan melakukan penelitian sampai dengan pilot project untuk Lapangan Gas East Natuna dimana terdapat kandungan CO2 yang tinggi. Metode penelitian nantinya akan dapat dipakai untuk lapangan lain yang memiliki kandungan CO2 yang tinggi,” ujar Dadi.
Ia mengungkapkan kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam berkontribusi terhadap lingkungan dalam menurunkan global emission dan meningkatkan efektivitas dari operasi di lapangan dengan peningkatan rate of recovery serta penurunan CAPEX dan OPEX.
“Ini adalah salah satu milestone Pertamina dalam menyumbangkan green technology untuk green energy,” imbuhnya.
Dadi berharap kerja sama ini dapat mendukung kebijakan pemerintah untuk menunjukkan kedaulatan wilayah Indonesia di wilayah strategis Laut Natuna dengan berupaya mendapatkan potential revenue dengan memproduksi lapangan gas East Natuna yang memiliki kandungan gas CO2 yang cukup tinggi.
Seperti diketahui, Lapangan Gas East Natuna yang ditemukan tahun 1973 dengan cadangan gas yang sangat besar 46 TCF (Trilion Cubic Feet) hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan. Tantangan lapangan gas East Natuna mempunyai kandungan CO2 yang tinggi (70%) dan berada di laut dalam. Berdasarkan assessment yang terdahulu, cukup sukar mendapatkan harga gas dari East Natuna yang kompetitif karena dibutuhkan biaya investasi dan biaya operasi yang tinggi.
“Semoga kerja sama penelitian hingga pilot project ini dapat menjawab tantangan tersebut,” pungkas Dadi.•RTC