Digitalisasi Pertamina, Sebuah Keharusan

JAKARTA- Setiap tahunnya manusia mengalami perubahan, baik dari bentuk fisik, perilaku, hingga lingkungan. Begitu pula pada zaman ini yang sudah mengalami perubahan ke arah teknologi atau digitalisasi. Direktur Utama Pertamina dan jajaran direksi lainnya ikut meramaikan acara Pertamina Digital Day yang digelar di Lantai Mezzanine Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina pada Kamis (18/10 /2018). 

Dalam acara tersebut, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati berulang kali menyebutkan digitalisasi bagi Pertamina merupakan kewajiban atau keharusan yang tidak boleh dibantah. Digitalisasi ini nantinya akan mendukung semua aspek dan bisnis yang ada di Pertamina baik di hulu maupun hilir. 

“Yang perlu ditekankan adalah pentingnya digitalisasi. Digitalisasi wajib hukumnya untuk kita (Pertamina, red) bukan pilihan. Kita tahu bahwa perubahan ini terjadi secara kontinu dan semakin cepat. Betapa banyaknya hal yang harus kita kejar karena ada disruption. Kita menerjemahkan disruption sebagai hal yang mengganggu, tetapi ada juga yang melihat bahwa ini bukan disruption. Itu semua yang membedakan adalah digitalisasi,” tegas Nicke. 

Seringkali perusahaan merasa terancam dengan kompetitor. Apalagi jika kompetitor sudah menggunakan teknologi dan digitalisasi. “Ketika kompetitor kita masuk, kita merasa terancam karena kita belum siap dengan digitalisasi. Kita juga merasa terancam ketika perusahaan lain sudah menerapkan digitalisasi dan teknologi yang advance. Ternyata kita belum sampai ke sana. Kita harus mempercepat langkah menuju arah yang lebih baik,” tambahnya.

Ia menyebutkan sebagai contoh digitalisasi SPBU dari sisi hubungan Pertamina dengan pelanggan. Digitalisasi pada SPBU bukan hanya sekadar mempercepat pelayanan kepada pelanggan, namun dari digitalisasi tersebut Pertamina akan memiliki data pelanggan. Dari data tersebut nantinya dapat dianalisis seberapa kebutuhan yang diperlukan pelanggan terhadap SPBU di berbagai daerah. 

“Selama ini kita hanya berhenti di SPBU sekadar memberikan suplai pasokan BBM. Kita tidak tahu kalangan apa yang datang ke SPBU, jam berapa biasanya ramai, kita belum memahami perilaku costumer daerah tersebut, kemana saja mereka pergi, menggunakan mobil apa? Sehingga mereka memerlukan BBM seberapa banyak. Karena data kita belum terjangkau langsung ke SPBU,” jelasnya.  

Jika Pertamina sudah menguasai data-data pelanggan maka perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia ini mampu berkompetisi dengan perusahaan migas dunia yang lain. Dengan begitu banyak juga keuntungan yang diraih dari digitalisasi ini. Selain itu Pertamina juga akan bukan hanya membahas mengenai masalah yang ada di sekitar namun dengan digitalisasi perusahaan ini mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik. 

“Kalau kita sudah menguasai itu semua begitu banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan kalau kita punya data pelanggan. Kita harapkan digitalisasi kita akan lebih cepat. Digitalisasi adalah syarat untuk berkompetisi dengan perusahaan lain.  Setelah digitalisasi kita akan mulai inovasi. Jika kita berinovasi  maka akan lebih banyak lagi yang kita lakukan, dan mencari solusi,” tukasnya.* DK/ft. KUN

Share this post