Clean Coal Technology :  Inovasi Baru Kurangi Emisi Karbon



JAKARTA – Salah satu yang menjadi pembahasan menarik dalam panel diskusi di Pertamina Energi Forum (PEF) 2018 adalah tentang Clean Coal Technology (energi batubara ramah lingkungan).

Menurut VP Global Gasification & Asia Business Development Air Product & Chemicals Inc Philip C Sproger,  setiap negara mempunyai kebutuhan energi yang berbeda-beda. Namun, metode gasifikasi clean coal bisa menjadi pilihan energi ramah lingkungan.

“Teknologi ini terbukti telah berhasil diimplementasikandi  Pabrik Gasifikasi di Shanxi  China. Dan tidak menutup kemungkinan juga di Indonesia," ujarnya.

Sproger memaparkan, clean coal technology diyakini bisa mengurangi kadar emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu bara, dikembangkan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari pemakaian batu bara.

“Meski tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, namun bisa mengurangi emisi dari beberapa polutan dan limbah serta peningkatan energi yang dihasilkan dari tiap ton batubara. Dengan demikian, teknologi CCT untuk PLTU menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan,” imbuhnya.

Carlos Fernandez Alvarez, Senior Coal Analyst International Energy Agency pun menyampaikan hal senada.  “Setiap negara memiliki potensi energi yang berbeda-beda. Potensi batubara di Indonesia bisa dimanfaatkan jika menggunakan metode yang  tepat meski tidak menutup kemungkinan untuk membuka kesempatan alternatif energi lain," tukas Alvarez.

Seperti diketahui, Pertamina telah membuat kesepakatan dengan PT Bukit Asam TBK (PTBA) untuk mengembangkan gasifikasi batubara.  Division Head Corporate Strategy Exploration, R&D and New Business PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Dody Arsadian  menyampaikan, kerja sama tersebut meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau untuk menjadi Dimethyl Ether (DME) dan Synthetic Natural Gas (SNG).

“Dengan kerja sama itu, pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG,” jelasnya.

Pabrik ini akan mengonversi batubara muda menjadi Syngas. Selanjutnya, Syngas dapat diolah kembali menjadi sejumlah produk turunan lain yakni Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

Dody menambahkan,  dukungan stakeholder mutlak diperlukan karena investasi dan inovasi energi ini membutuhkan proses yang tidak singkat.

Implementasi inovasi ini merupakan percepatan hilirisasi sektor pertambangan Indonesia merupakan langkah nyata pemerintah mendukung realisasi nilai tambah produk di sektor tambang sekaligus sebagai upaya mendukung penghematan devisa negara.•RIN/ft. KUN

Share this post