Pertamina MOR III Gelar Program Dreamable untuk Anak Berkebutuhan Khusus


BANDUNG– Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III menggelar Program Dreamable untuk anak berkebutuhan khususdi Desa Tegal Luar,  Bandung.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR III, Dian Hapsari Firasati mengatakan,  program Dreamable ini merupakan program yang diinisiasi awal tahun 2018 dimana Pertamina turut serta dalam pengembangan pendidikan yang berkelanjutan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah tersebut.

Dian mengungkapkan, sebelumnya beberapa warga  Desa Tegal Luar berinisiatif untuk mendata dan memfasilitasi sekolah non-formal dengan memanfaatkan rumah warga sebagai tempat belajar serta meluangkan waktu setiap hari 2-3 jam sehari untuk mengajar.  Sebanyak 34 anak di Desa Tegal Luar, dua anak tuna daksa dan 32  tuna grahita dididik oleh para relawan.

Untuk mendukung inisiatif warga tersebut,  sebagai langkah awal  dalan program Dreamable, MOR III mengadakan acara Difable Awareness Day,  di Kantor Desa Tegal Luar, pada Jumat (7/9/2018).

Menghadirkan Kabid Rehabilitasi Sosial dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Achwan dan Ketua Yayasan Biruku Indonesia (Penggerak Gerakan Autis di Jawa Barat)  Juju, MOR III mengajak warga untuk menunjukkan  kasih sayang dan mendukung pendidikan agar dapat menunjang potensi atau bakat yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

Selain itu,  Pertamina mengajak para orang tua untuk dapat mengubah pola pikirnya bahwa sebenarnya anak-anak berkebutuhan khusus mampu dan bisa melakukan aktivitas seperti anak-anak normal.

“Kami mencoba berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk dapat memfasilitasi pengembangan potensi anak-anak ini dengan melakukan serangkaian assessment untuk memantau pengembangan anak dan bantuan pendidikan lainnya seperti alat belajar dan pelatihan untuk pengembangan relawan pengajar. Termasuk pemberian materi pengembangan potensi lainnya,” jelas Dian.

Sementara itu, pendiri sekolah non-formal khusus anak berkebutuhan khusus di Desa Tegal Luar Yulianti mengatakan,  sekolah non-formal ini didirikan agar memotivasi orang tua untuk membantu anaknya yang berkebutuhan khusus agar bisa mengejar ketertinggalan pendidikan di usianya.

“Saya berangkat membangun sekolah non-formal ini karena saya yakin bahwa anak saya  yang berkebutuhan khusus bisa dan mau belajar, pastinya anak-anak lain juga bisa. Selain bertujuan untuk mengembangkan potensi anak – anak ini, salah satunya adalah memotivasi orang tuanya agar bisa mendukung anaknya untuk terus tumbuh dan berkembang," kata Yulianti.

Menurut Yulianti, banyaknya anak-anak berkebutuhan khusus ini berada di lingkungan keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah, banyak di antaranya terbatas untuk menyekolahkan anaknya ataupun mengantar anaknya ke sekolah non-formal. Karena itu, ia dan relawan pengajar  lainnya, setiap hari menjemput anak-anak tersebut untuk mengikuti pelajaran di sekolah atau bahkan mengunjungi ke rumahnya untuk mengajari mereka. 

“Adanya bantuan dari Pertamina untuk menambah fasilitas pendidikan ini sangat membantu dan kami rasa dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan lainnya yang insyaallah sangat berpengaruh dan berarti untuk anak-anak ini,” pungkasnya.*MOR 3

Share this post