Kesabaran dan Kerjakeras untuk Meraih Sukses

Kerajinan KayuJakarta - Menjalani usaha kerajinan turun temurun yang digeluti Dr. HC. Dayat Supriatna sejak tahun 1965 membutuhkan waktu yang cukup panjang dan kesabaran untuk bisa meraih kesuksesan.


Dayat menuturkan, bahwa dirinya memulai usaha kerajinan dengan bermodal Rp 20 ribu pada tahun 1965, "Itupun saya dapatkan dari uang pinjaman Bank untuk cicilan selama 1 tahun," ujar pengelola Sanggar Reret Art Shop ini.


Dari modal tersebutlah Dayat menjual hasil karya berupa patung ukiran dengan cara dipasarkan dari rumah ke rumah dan perantara dari mulut ke mulut. Dengan kegigihannya Dayat senantiasa mengikutsertakan karyanya di berbagai pameran hingga dirinya nekat ke Jerussalem untuk mengikuti pameran dengan bantuan seorang temannya.


Berkat segala upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh Dayat, akhirnya saat Pemerintah menyaksikan pameran Dayat di luar negeri, mereka tersentuh untuk membiayai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dijalankan oleh Dayat bersama keluarganya.


Hasil karyanya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri saja namun juga telah merambah ke manca negara diantaranya yaitu Iran, Jerman, Belanda, dan Turki. Sebanyak 75 persen dari hasil produk di jualnya ke luar negeri.


Dayat mengatakan omzet penjualan hasil produk kerajinan ini mencapai Rp 20 juta di setiap pameran yang diikutinya. Barang yang di jual pun beragam harganya, mulai dari Rp10 ribu sampai Rp 3 juta. Usaha sanggar Dayat telah memperlihatkan kemajuan hingga pada tahun 1997 telah mempekerjakan sebanyak 50 karyawan.


Namun cobaan menerpa Dayat, karena terjadinya krisis Global sehingga turut berpengaruh pula terhadap usaha yang dijalankan oleh Dayat karena selama ini mayoritas hasil produknya di ekspor ke luar negeri.


"Untuk menarik minat pembeli domestik sangatlah sulit mengingat daya tarik mereka terhadap produk kerajinan kayu tidak seperti warga negara asing," ujar Dayat.


Dayat yang sejak tahun 2003 tergabung sebagai Mitra Binaan Region III Pertamina ini mendapat pinjaman awal Rp 50 juta. Dayat terus mencari solusi bagaimana agar usaha yang dijalaninya bisa berkembang dan maju seperti sediakala.


Dayat mengakui usaha yang dijalaninya ternyata tidak semudah membalik telapak tangan untuk bisa membangkitkan kembali Sanggar Reret Art Shopnya ini. Disamping pemasarannya yang semakin menurun, bahan baku kayu Mahoni juga terus mengalami kenaikan harga yang signifikan. Mulai tahun 2009, usaha yang dijalankan oleh Dayat mengalami penurunan 75 persen dan karyawannyapun sudah mulai berkurang.


Sebagai mitra binaan dirinya berharap ada pembinaan yang lebih dari Pertamina agar usaha sanggarnya bisa berkembang seperti sedia kala. "Bagi saya permodalan ada di nomor sekian, saat ini yang saya butuhkan adalah pembinaan dan pemasaran bagaimana memajukan kembali sanggar Reret saya ini," ucap Dayat dengan penuh harap.


Namun dibalik ini semua, Dayat masih bersyukur karena disaat usahanya tengah mengalami dilema masih ada pihak yang menggandeng untuk menjadi mitra binaan Pertamina.

Share this post