Geliat Pertanian Organik di Desa Bajo Binaan Pertamina EP




BAJO - Berbekal sepatu boots, belasan petani anggota kelompok tani Bina Alam Sri di Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora membersihkan kotoran ternak di beberapa kandang milik warga belajar. Bau tidak sedap kotoran ternak tersebut tidak melunturkan geliat petani organik untuk menurunkan biaya produksi hingga 48% atau setara Rp 6 juta per hektar. Di hari itu sejumlah 30 karung kompos sudah siap digunakan di lahan pertanian.

Konsep “Organik Untuk Bumi” diyakini kelompok bahwa alam perlu diolah dengan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan. Sebuah revolusi hijau tampak sudah mengubah mindset dan perilaku para petani Bajo. Surat, Ketua Kelompok Tani Bina Alam Sri, menuturkan bahwa hasil ikhtiar para petani organik mulai terlihat nyata.

“Sawah yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia hanya bisa menghasilkan 7 ton per hektar. Setelah mengenal pertanian organik, kini hasilnya bisa sampai 8-9 ton per hektar, “ ungkapnya.

Saat panen perdana bulan Januari 2019 lalu, setidaknya 11 orang anggota kelompok dapat menikmati hasil produksi maksimal seluas 2,4 hektar. Bupati Blora Djoko Nugroho yang sempat hadir ke panen perdana berharap ke depan hasilnya bisa ditingkatkan lagi. “Saya yakin Blora akan menjadi lumbung padi yang lebih besar dan menyehatkan, saya ingin Desa ini menjadi rujukan petani dari wilayah lain yang ingin belajar organik, “serunya.

Sektor pertanian memang diakui merupakan tiang ekonomi Kabupaten Blora yang juga menjadi lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah, dengan harapan besar seperti itu, kelompok semakin berkembang dan dituntut bergerak cepat. Surat mengatakan menjelang musim panen kedua setelah lebaran (Juni 2019) nanti ini sudah mencapai 4,2 hektar lahan yang digarap organik.

"Perkembangannya mencapai dua kali lipat dan 21 anggota semakin kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan karena kebutuhan pupuk disediakan secara mandiri. Per hektar kira-kira kami membutuhkan 7-10 ton pupuk sebagai pondasi,” terangnya.

Keunggulan dari budidaya padi organik atau lebih dikenal dengan SRI Organik adalah penggunaan air yang lebih hemat, pertumbuhan anakan padi yang menjadi lebih banyak dan sehat, serta tanah yang berubah menjadi gembur dan subur. “Tertinggi kami sampai 103 anakan/batang, sedangkan kalau sistem konsvensional hanya 25-30 anakan,” sebut Surat.

Setelah setahun menerapkan sistem SRI organik, rupanya Kelompok Bina Alam Sri membawa dampak peningkatan minat dan niat dari petani yang masih menjalankan sistem konvensional. Nilai potensi sawah organik mulai dilirik oleh 37 calon warga belajar baru. “Dengan begitu kami optimistis dapat memproduksi hingga 10 hektar lahan sawah organik di tahun ini hingga 2020,” ujar Surat.

Ia berharap, pemerintah dapat mendukung aktivitas kelompok tani ini dalam menerapkan pertanian organik, seperti yang dilakukan Pertamina EP Asset 4 Cepu Field. Tidak hanya itu, kelompok juga berharap adanya bantuan pengadaan sapi untuk dipelihara bersama dan kemudian diolah kotorannya menjadi pupuk organik.

“Semakin luasnya lahan yang diproduksi, kami juga akan semakin membutuhkan bahan-bahan alami untuk keperluan pupuk organik. Maka kami butuh bantuan dari pemerintah setempat. Tahun ini kami sudah diagendakan mendapat mesin chopper untuk mencacah limbah organiknya dari Pertamina,” harap Surat.

Gagasan dan terbangunnya kesadaran masyarakat akan pertanian SRI organik tidak terlepas dari peran PT Pertamina EP Asset 4 Cepu Field. Melalui proses penggalian potensi sumberdaya masyarakat dan SDA serta penyamaan visi dan misi dimulai sejak 4 Juni 2018 dan dilanjutkan dengan pelatihan pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan (PSRLB) di bulan berikutnya, pendampingan dan monitoring rutin dilakukan setiap bulannya agar kelompok belajar dan tercapai kualitas pemberdayaannya.

Cepu Field Manager Afwan Daroni berharap pemanfaatan kearifan lokal terus dijalankan untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

"Saya mengapresiasi kegigihan dan keberhasilan kelompok dalam meningkatkan produktivitas padi di Kabupaten Blora. Perusahaan akan terus mendukung setahun ke depan untuk penguatan pemberdayaan yang holistik dan terus menyebar manfaat yang besar bagi masyarakat. Kami juga ucapkan terima kasih kepada pemerintah Desa Bajo dan Kecamatan Kedungtuban yang telah bersinergi dari awal dalam perencanaan program ini," pungkas Afwan.*PEP 

Share this post