Workshop Sriekandi Patra, Persembahan Pertamina untuk Ruang Berkarya Difabelpreneur

Boyolali, 18 Oktober 2019 – PT. Pertamina Terminal BBM Boyolali melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) meresmikan lokasi workshop pemberdayaan penyandang disabilitas “Sriekandi Patra” di Desa Tawangsari Kabupaten Boyolali pada (18/10).

Sriekandi Patra sendiri merupakan nama kelompok Difablepreneur yang telah dirintis oleh CSR TBBM Boyolali sejak April 2018 di Desa Tawangsari, Boyolali. Berangkat dari keprihatinan tim CSR TBBM Boyolali melihat para difabel di Desa Tawangsari yang berjumlah cukup banyak hingga 29orang. Tim CSR menemukan fakta di lapangan bahwa saat itu masih banyak warga desa yang menyembunyikan anaknya yang menyandang disabilitas, "bahkan ada yang sudah 27 tahun tidak keluar rumah, karena disembunyikan oleh orangtuanya " ungkap Noor selaku Community Development Officer TBBM Boyolali.

Dibantu oleh beberapa warga desa lainnya, tim CSR membukakan jalan bagi para difabel untuk berkarya melalui Batik Tulis. Yuni Lestari seorang penyandang disablitas celebral palsy yang sebelumnya telah didaftarkan pertamina untuk menjadi peserta kelas keterampilan batik di PR Yakkum Yogyakarta , tampil menjadi sosok penting dalam mengajak para difabel lainnya untuk berkarya dan mengembangkan motif-motif batik tulis khas Sriekandi Patra. Bahkan di Tahun 2018, kelompok ini mampu mencatatkan omset hingga 50juta dalam setahun.

Melihat adanya peningkatan perkembangan bisnis kelompok usaha binaannya tersebut, CSR Terminal BBM Boyolali mendirikan lokasi workshop bagi difabelpreneur tersebut yaitu, Sanggar Inspirasi Karya Inovasi (Sriekandi) Patra yang berlokasi strategis di tepi jalan desa Tawangsari.

Ditemui saat meresmikan Gedung Workshop Sriekandi Patra, General Manager MOR IV IIn febrian menjelaskan bahwa saat awal terbentuk tahun 2018 hingga kemarin, kelompok ini membatik di teras rumah salah satu warga desa, "Nah prihatin dengan kondisi tersebut itulah Kami akhirnya membangun Lokasi workshop diatas tanah milik desa yang kami lengkapi juga dengan fasilitas penunjang ramah difabel," jelas IIn.

"Gedung workshop ini dilengkapi oleh peralatan penunjang kegiatan membatik, fasilitas alat bantu penyandang disabilitas, kamar mandi ramah disabilitas, hingga showroom produk," tambah Iin.

Hingga saat ini, telah bergabung 5 orang penyandang disabilitas dan 4 orang masyarakat relawan yang menjadi mitra kegiatan kelompok tersebut. Sebagai kegiatan lanjutan, akan dilaksanakan berbagai kegiatan pelatihan ketrampilan untuk penyandang disabilitas sebagai upaya meningkatkan kapabilitas.

"Kami harap lokasi workshop ini dapat menjadi ruang bagi para difabel lainnya untuk belajar batik dan berkarya. Sehingga para difabelpreneur ini dapat mandiri dan kedepannya Desa Tawangsari ini dapat menjadi Desa Inklusi yang Produktif, Ekonominya berkembang serta menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya," harap Iin.*MOR IV

Share this post