Proyek Pertamina Paku Gajah Penuhi Kebutuhan Gas di Sumbagsel

Proyek pengembangan Paku Gajah atau Paku Gajah Development Project (PGDP), yang dilaksanakan PT Pertamina EP, selaku kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas

JAKARTA – Proyek pengembangan Paku Gajah atau Paku Gajah Development Project (PGDP), yang dilaksanakan PT Pertamina EP, selaku kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas, akan memenuhi kebutuhan gas di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) yang sangat tinggi.

Selain itu, pengoperasian PGDP juga diyakini akan mempercepat monetisasi aset Pertamina EP, sehingga potensi eksplorasi di struktur Pagardewa, Karangdewa, Prabumenang, Tasim, Pemaat, Kuang Selatan, Lavatera, dan Piretrium dapat diproduksi secara ekonomis.

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam mengatakan Pertamina selalu berkomitmen memberikan kontribusi secara maksimal kepada negara dan pemerintah daerah yang memiliki potensi migas.

"Dengan adanya dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, maka aktivitas operasi perusahaan dalam mencari dan memproduksikan migas dapat berjalan lancar dan kebutuhan energi di Indonesia dapat terpenuhi," katanya saat peresmian PGDP di Pagar Dewa, Muara Enim, Sumatera Selatan, Rabu (6/12).

Hadir dalam peresmian PGDP antara lain Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, Bupati Muara Enim Muzakir Sai Kohar, dan Bupati Ogan Komering Ulu Kuryana Azis.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam sambutannya, mengatakan proyek Paku Gajah penting untuk menjamin pasokan gas bagi kebutuhan domestik.

Menurut dia, dengan beroperasinya PGDP diharapkan mendorong tumbuhnya ekonomi Sumatera Selatan dan menciptakan dampak positif berantai (multiplier effect) yang lebih besar yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Industri hulu migas berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan gas domestik demi kesejahteraan rakyat," ujar Amien.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menambahkan PGDP merupakan integrasi dari fasilitas produksi yang telah ada, yaitu Metering Pagardewa, Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau, SP Kuang Existing, dan SP PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

Total kapasitas produksi PDGP sebesar 70 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD), terdiri atas 45 MMSCFD dari SPG Paku Gajah dan 25 MMSCFD dari SPG Kuang.

Investasi proyek PGDP mencapai US$ 145,10 juta dari proyeksi awal sebesar US$ 147,53 juta. "PGDP memiliki dua fasilitas produksi, yaitu SPG Paku Gajah dan SPG Kuang, serta jalur pipa trukline berdiameter 12 inchi sepanjang 23 kilometer dari SPG Paku Gajah ke CO2 Removal Existing SPG Merbau," ujarnya.

Nanang juga mengatakan, kebutuhan gas di Sumatera Bagian Selatan sudah cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), total kebutuhan gas di Sumatera Selatan pada 2017 mencapai 1.013,9 MMSCFD. Namun, commited demand baru 353,2 MMSCD. Sementara itu, allocated demand tercatat 330,7 MMSCD.

Di luar itu, ada potential demand sekitar 330 MMSCFD untuk kebutuhan pembangkit listrik yang dikelola PT PLN (Persero) maupun pembangkit listrik yang dikelola swasta (independent power producer/IPP) serta pasokan gas untuk jaringan gas kota.

"Untuk memenuhi kebutuhan pasar gas yang cukup besar di Sumsel dan memperpanjang masa produksi (plateau), kami mengembangkan lapangan migas secara terintegrasi di sekitar area Paku Gajah dengan melakukan pemboran eksplorasi dan pengembangan PGDP," katanya.

PGDP, yang berada di dua kabupaten, yaitu Muara Enim dan Ogan Komering Ulu, dikelola oleh PT Pertamina EP Asset II, unit operasional Pertamina EP.Gas yang dihasilkan dari SPG Paku Gajah dan SPG Kuang disalurkan ke konsumen PGN maupun konsumen gas lainnya di Sumatera Selatan.

PGDP menggunakan fasilitas produksi yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur-sumur eksplorasi maupun dari sumur pengembagan PGDP yang telah dibor sejak 2010.

"Beberapa pemboran sumur pengembangan dilakukan sejak 2010 melalui tahapan put on production (POP) dan pada 2013 dilanjutkan dengan pemboran pengembangan melalui tahapan plan of development (POD) yang telah disetujui SKK Migas pada Januari 2013," ujar Nanang.

Realisasi produksi PGDP sebesar 52,4 MMSCFD (year to date) dan kondensat sebesar 861 barel per hari (BCPD). Sementara itu, target dalam RKAP 2017 sebesar 45,10 MMSCFD dan kondensat 806 BCPD.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan seperti SKK Migas, Pemerintah Provinsi Sumsel, Pemerintah Kabupaten Muara Enim dan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu dan mitra kerja yang telah mendukung pelaksanaan proyek ini sehingga PGPD dapat tercapai sesuai target mengikuti aspek HSSE (health, safety, security, environment)," kata Nanang.

Share this post