JAKARTA – Indonesia Corruption Watch (ICW), melalui Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran, ICW dalam pernyataan pers soal “Potensi Penyimpangan dalam Mekanisme dan Penetapan Harga BBM dan LPG Januari 2015,” menyampaikan beberapa dugaan terkait dugaan pemahalan BBM dan LPG.
Firdaus mengatakan berdasarkan perhitungan ICW, perkiraan harga keekonomian BBM untuk premium pada bulan Januari 2015, adalah 7.013.67 per liter. Sehingga penetapan harga versi pemerintah berpotensi lebih mahal sebesar Rp. 586,33/liter.
Untuk perkiraan harga patokan BBM solar Januari 2015 adalah Rp. 6.607,53/liter sehingga beban subsidi BBM solar yang ditanggung negara bukan Rp.1000/liter tetapi hanya Rp.303,18/liter. Angka tersebut diperoleh dari hitungan ICW dengan menggunakan rumus harga pemerintah per liter, Rp7.250 dikurang pajak pertambahan nilai dikurang pajak bahan bakar kendaraan bermotor, kemudian dikurangi perkiraan harga patokan solar Januari 2015 sebesar 6.607, 53 per liter ((Rp.7.250-PPN-PBBKB) – Rp 6.607,53).
Sedangkan untuk perkiraan harga keekonomian LPG 12 kg bulan Januari adalah Rp.9.508 per kg, sehingga ICW menduga terjadi potensi pemahalan sebesar Rp.1.717 per kg atau 20.600 per tabung.
Dalam acara yang digelar di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Selasa (6/1) tersebut, Firdaus menyimpulkan beberapa hal mengacu pada metode perhitungan yang ada serta realisasi harga pasar untuk BBM dan LPG. Pertama, penetapan harga BBM dan LPG 12 kg untuk bulan Januari 2015 diindikasikan lebih mahal dari harga seharusnya. “Apakah ini karena kesengajaan atau ketidak hati-hatian dalam perhitungan. Indikasi pemahalan sebesar Rp 2,479 triliun bisa menjadi celah penyimpangan dan korupsi,”ujar Firdaus.
Sementara itu di tempat terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Sait menyampaikan, era keterbutkaan di tanah air, membuat semua pihak memiliki analisis dan pandangan sendiri, Meski demikian Sudirman tidak mengabaikan laporan ICW, dan akan mempelajarinya. “Terkait LPG, akan saya komunikasikan juga ke Pertamina,”kata Sudirman.•SAHRUL