Paku Gajah, Gagah Pengeboran PMN-10 Hasilkan Gas

Paku Gajah, Gagah Pengeboran PMN-10 Hasilkan Gas

20-EMSCO D-2 M PDSIJakarta – Wajah Paku Gajah Development Project (PGDP) PT Pertamina EP ternyata tambah cerah dan tampilan produksinyapun semakin gagah. Musababnya, pengeboran tiga sumur pengembangan yang ditargetkan sepanjang 2015 berhasil mendapatkan tambahan gas dan kondensat. Ketiga sumur itu adalah: Pagardewa (PDW)-07, Pagardewa Selatan (PDS)-02, dan Prabumenang (PMN)-10. Sebagai sumur terakhir yang dibor dalam kerangka realisasi Rencana Kerja (RK) 2015, lokasi PMN-10 ditajak pada 26 Oktober 2015, menggunakan Rig EMSCO D-2/M PDSI. Pengeboran ini mencapai kedalaman akhir 1.646 m pada 22 Desember lalu. Uji produksi dilakukan pada interval kedalaman 1.538-1.544 m dalam lapisan batugamping Formasi Baturaja, dengan hasil rata-rata berupa gas sebesar 5,7 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan 74 barel kondensat per hari (BCPD).

 

Lokasi sumur PMN-10 terletak sekitar 60 km ke arah selatan kota Prabumulih. Tepatnya, di Desa Prabumenang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Pengeboran lokasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi gas dan kondensat PGDP yang dikonsolidasikan dalam produksi PEP Asset-2. “Sumur PMN-10 ditargetkan mulai berproduksi pada ujung 2015. Saat ini kami sedang menyelesaikan pembangunan instalasi flowline di lokasi tersebut,” tutur Sub Surface Manager  PGDP, Pande Made Oka Iriana dalam suatu perbincangan pada 23/12 lalu.

 

Menurut Made, demikian dia akrab disapa, selain melakukan pengeboran tiga sumur pengembangan dimak­sud, untuk menjaga kesinam­bungan kinerja produksi dalam RK 2015, ini PG­DP juga melakukan pekerjaan work over sebanyak enam sumur yaitu: KAG-8, SPR-1, TSM-3, PDW-4, KAG-14, dan PMN-6. Status produksi Paku Gajah saat ini rata-rata adalah gas sebesar 45 MMSCFD dan kondensat sebesar 1.000 BCPD yang dihasilkan dari 14 sumur aktif.

 

Proyek PGDP merupakan bagian dari strategi manajemen PEP untuk melakukan akselerasi monetisasi temuan-temuan ladang gas oleh Fungsi Eksplorasi. Hai ini semakin digalakkan supaya iklim profit and sustainable growth yang selama ini diraih perusahaan tetap terjaga, meski dalam kondisi harga minyak dunia sedang jatuh.

 

Lebih jauh, Made menjelaskan sejarah kegiatan eksplorasi migas di area Paku Gajah telah berlangsung sejak pra kemerdekaan, yakni pada 1940. Pengeboran sumur taruhan ketika itu dilakukan pada Struktur Kuang yang berhasil me­nemukan minyak dan gas. Selama rentang waktu 1940 hing­ga 2008, kegiatan eksplorasi lebih lanjut dilakukan di area Paku Gajah. Beberapa struktur baru berhasil dipetakan, yakni Pagardewa, Prabumenang, Tasim, Pagardewa Seletan, Karangdewa, Pamaat, Piretrium, dan Lavatera.

 

Pada 2009 management PEP memutuskan untuk menjadikan area Pagardewa sebagai Project Area Fokus Eks­plorasi (PAFE), guna mempercepat pengembangan struktur penemuan hidrokarbon di area tersebut sekaligus untuk memastikan cadangan hidrokarbon sebelum dilaksanakan plan of development (POD). Disamping itu, put on production (POP) juga dilakukan sejak akhir 2010 dengan tujuan mendapatkan data dinamis reservoir serta percepatan monetisasi dari sumur eksplorasi suspended. Kemudian,  Made menambahkan pada September 2012, PAFE Pagardewa diubah menjadi Paku Gajah Development Project (PGDP), dengan tujuan mempercepat persetujuan POD dan penyelesaian seluruh scope of work di dalam POD tersebut. “Nomenklatur Paku Gajah, itu adalah akronim dari Pagardewa, Kuang, dan Gajah Beringin,” terang Made. POD Paku Gajah Phase-1 disetujui pada 28 Juni 2013 lalu yang meliputi struktur: Pagardewa (PDW), Prabumenang (PMN), Tasim (TSM), Pagardewa Selatan (PDS), dan Karangdewa (KRD).

 

Besarnya cadangan di area Paku Gajah cukup men­janjikan. Cadangan yang tercatat di dalam POD Paku Gajah Phase-1 yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan cadangan dari model dinamik sebesar 100,46 milyar standar kaki kubik gas (BSCF). Namun, bila didasarkan hasil analisis material balance P/Z yang dilakukan di struktur-struktur yang sudah diproduksikan maka didapati cadangan di tempat, initial gas in place (IGIP) untuk POD tersebut sebesar 201,2 BSCF. “Lewat kalkulasi ini, terlihat adanya kenaikan cadangan lebih dari 100 persen untuk struktur-struktur yang masuk di dalam POD Paku Gajah Phase-1,” pungkas Made menutup per­bincangan.•DIT. HULU

Share this post