Seorang nasabah sedang mendapat penjelasan tentang produk Asuransi dari staff Customer Service AJTM di Kantor Tugu Mandiri, Jakarta pada Jumat (28/5/2021). (Foto: Dok. Tugu Mandiri)

Meskipun Pandemi, Laba AJTM Tahun 2020 Naik Tajam

JAKARTA - Meskipun dihadapkan dengan sejumlah tantangan, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) menutup tahun 2020 dengan capaian positif.

AJTM berhasil membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 18,39 miliar, atau naik sekitar 119 persen dibanding 2019, yakni Rp 8,39 miliar. Sementara untuk total asset, juga terjadi peningkatan 15 persen dari Rp 1,7 triliun di 2019, menjadi Rp 1,96 triliun di tahun 2020. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama AJTM, Hanindio W. Hadi.

“Di tengah kondisi pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi, baik secara nasional maupun global, Alhamdulillah, kami bisa mencapai performance yang cukup baik di sisi keuangan dan operasional,” jelas Hanindio kepada Energia saat berada di kantornya, Taman Sari Parama Boutique Office, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Mei 2021.

Tak cukup sampai disitu, dari sisi tingkat kesehatan keuangan, juga meraih pencapaian yang terbilang sangat baik. Dimana Risk Based Capital (RBC) perusahaan di tahun 2019 sekitar 101 persen, sedangkan 2020 melesat menjadi 257 persen.

“Sedangkan Rasio Kecukupan Investasi (RKI) sendiri, semula 104 persen, meningkat menjadi 111 persen,” kata dia menambahkan.

Sementara itu, dalam hal hasil underwriting juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari semula minus Rp 11,69 miliar di tahun 2019, berbalik positif menjadi Rp 97,48 miliar pada tahun 2020.

Menurut Hanindio, peningkatan hasil underwriting ini akibat diberlakukannya prudent underwriting. Dimana AJTM melakukan secara lebih proper pada saat melakukan assessment risiko, serta keberhasilan program efisiensi melalui program transformasi yang di canangkan sejak September 2020.

AJTM juga melakukan penghentian produk-produk yang dinilai tidak profitable, moratorium beberapa produk asuransi, sekaligus juga rebalancing portfolio dari produk yang ada.

“Sehingga semua produksi yang tidak memenuhi hukum bilangan besar harus dihentikan dan restructuring karena berdampak pada bisnis yang tidak sehat. Itu menjadi kunci yang membuat kami survive di tahun 2020,” terang Hanindio. *STK/IN

Share this post