Injeksi Air: 12 Ribu Barel Minyak Mengalir

Injeksi Air: 12 Ribu Barel Minyak Mengalir

EchoJakarta – Berbagai upaya dilakukan PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaan bidang hulu (APH) untuk meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) yang mengalami decline rate sekitar 15% per tahun. Salah satu upaya dimaksud adalah dengan menerapkan program improved oil recovery (IOR) dan enhanced oil recovery (EOR), secara masif di sumur-sumur tua milik Pertamina baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore). “Strategi Pertamina dalam percepatan implementasi EOR harus mengacu pada Pertamina Upstream Development Way,” tegas Gunung Sardjono Hadi, Senior Vice President Development & Technology pada forum Annual EOR Meeting, 2014 di Bali (26/11).

 

Lebih lanjut Gunung mengatakan akan memfokuskan pengkajian dan penerapan secara cermat, cerdas, dan komprehensif terhadap seluruh proyek EOR dalam menggunakan teknologi-teknologi EOR yang sudah proven di lapangan baik nasional maupun international. “Mengingat nilai investasi EOR sangat tinggi, jumlah lapangan yang harus dilakukan EOR juga banyak, sementara kapital serta SDM kita terbatas maka solusi jangka pendeknya adalah melalui langkah kerja sama dengan perusahaan yang telah sukses dan berpengalaman di bidang EOR secara Internasional,” imbuh Gunung menunjukkan kebijakan yang ditempuh.

 

Contoh kesuksesan penerapan I/EOR yang hingga kini masih berproduksi besar adalah Struktur E-Main, Lapangan Echo, Lepas Pantai Jawa Barat Utara. Migas pertama ditemukan di struktur tersebut pada 1969 lewat pengeboran eksplorasi sumur E–1, yang langsung dikembangkan dua tahun kemudian (1971). “Untuk menggiring migas dari dalam reservoir ke kepala sumur, sejak Desember 2001 kami menggunakan metode waterflood, yakni menginjeksikan air laut ke dalam zona-zona produksi E-22, E-23, dan E-27 berupa batu pasir fasies laut dangkal Formasi Cibulakan Atas,” terang Fitrah Arachman, Reservoir Engineer PHE ONWJ di hadapan peserta Annual EOR Meeting.

 

Kemudian, Fitrah menambahkan bahwa pada Oktober 2011 dilakukan lagi injeksi berikutnya di zona E-29, berupa batu pasir massive fasies laut dangkal dalam formasi yang sama. “Hingga saat ini, setelah lebih dari 40 tahun sumur-sumur di struktur E-Main masih tetap berproduksi sejumlah 12 ribu barel minyak dan 10 juta kaki kubik gas per hari,” pungkas Fitrah.

 

Secara geografis Lapangan Echo, di mana Struktur E-Main berada terletak di Lepas Pantai Jawa Barat Utara, sekitar150 km dari Jakarta kearah timur laut dengan kedalaman air rata-rata antara 30 – 40 meter. •DIT.HULU

Share this post